instagram” merupakan salah satu aplikasi telepon pintar yang hampir setiap masyarakat miliki. Aplikasi ini memuat foto-foto dimana seseorang merasa perlu atau layak untuk di publikasikan. Foto-foto yang biasa diunggah pada aplikasi ini sebagian besar adalah :

  1. Tempat yang memiliki kesan bagi pengguna aplikasi
  2. Makanan / minuman
  3. Meme
  4. Tempat promosi barang/jasa
  5. Dll
meme food
place promotion

 

Apakah perpustakaan dapat menjadi salah satu tempat dimana menjadi masyarakat datang dan berfoto di perpustakaan ?

Tentu saja bisa, menurut UU no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan menyatakan “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”.
menurut penjelasan di atas maka dapat diartikan bahwa perpustakaan dapat menjadi tempat rekreasi diamana masyarakat berkunjung untuk bersenang-senang, mengabadikan kegiatanya, dan mengunggahnya ke aplikasi ini.

Apakah ada hubungan antara penggunaan aplikasi Instagram dengan perpustakaan ?

Tentu saja ada, dengan seseorang mengunggah foto di perpustakaan teman dari pengunggah tersebut melihat, dengan melihat foto tersebut maka akan ada seseorang yang penasaran dan ingin mencoba untuk berfoto di tempat yang sama. Secara tidak langsung pengunggah pertama melakukan promosi tanpa adanya di bayar. Selain dari promosi perpustakaan minat kunjung pun akan meningkat seiiring dengan banyak orang yang ingin melakukan foto ditempat tersebut.

Contoh foto di Perpustakaan

(sumber http://www.cumicumi.com/news/read/74675/stella-cinta-selfie )

Untuk menjadi tempat yang memiliki kesan, pengelola institusi yang disini adalah pustkawan harus dapat membuat sesuatu yang menarik masyarakat salah satu contoh dengan membuat suatu terobosan yang baru seperti membuat desain perpustakaan dengan konsep horor pada bulan oktober akhir yang bertepatan dengan Halloween atau konsep dengan desain penuh nuansa cinta atau pink pada bulan februari yang bertepatan dengan Valentine. Memang untuk membuat kesan yang menarik masyarakat tidaklah hanya dari desain semata adapun cara lain seperti melakukan kegiatan bedah buku, pagelaran musik, demo masak, dll. Hal yang dapat diambil dalam pengertian tersebut ialah melakukan perubahan sesuai dengan keinginan  dan kebutuhan dari pengguna atau media.

 

DAFTAR PUSTAKA

Cumicelbs. Stella Cinta ‘Selfe’. Laman : http://www.cumicumi.com/news/read/74675/stella-cinta-selfie . 2014. Di akses pada 19 Maret 2017 pukul 16.30

Indonesia. Undang-Undang Dasasr 1945

Indonesia. Undang-Undang tentang Perpustakaan, UU no. 43 Tahun 2007

Wikipedia Instagram, Laman : https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram . Di akses pada 19 Maret 2017 pukul 16.17

A.Konsep Dasar

Perpustakaan yang merupakan sumber informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efesien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya dan memepertahankan kandungan informasi yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka. Pada dasarnya Preservasi itu upaya untuk mematikan agar semuabahan koleksi cetak maupun non cetak pada suatu perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.

Pelestarian (Preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengolahan, metode dan tehnik, sumber daya manusia, dan penyimpanannya.
Tujuan utama program pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar koleksi bahan pustaka selalu sedia dan siap pakai. hal ini dapat dilakukan dengan melestarikanbentuk fisik bahan pustaka, melestarikan kandungan informasi ke dalam media lain (alihmedia) seperti mikrofilm, mikrofish, foto reproduksi dan fotokopy. atau melestarikan kedua-duanya, yaitu bentuk fisik dan kandungan informasi.

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan pemeliharaan bahan pustaka di perpustakaan:
1.Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan pustaka atau dokumen.
2.Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen.
3.Mengatasi kendala kekurangan ruang (space).
4.Mempercepat proses temu balik atau penelusuran dan perolehan informasi.
5.Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.

Kegiatan Pemeliharaan atau preservasi bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain:
1.Fungsi perlindungan. Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan.
2.Fungsi pengawetan . Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.
3.Fungsi kesehatan. Upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun pustakawan.
4.Fungsi pendidikan . Upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar.
5.Fungsi kesabaran. Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan ketelitian.
6.Fungsi sosial. Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang lain.
7.Fungsi ekonomi. Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka, yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.
8.Fungsi keindahan. Dengan pemeliharaan yang baik, bahan pustaka di perpustakaan akan tersusun rapi, indah dan tidak berserakan, sehingga perpustakaan kelihatan indah dan nyaman.

Unsur-unsur dalam pelestarian bahan pustaka meliputi:
1.Pengelolaan
2.Keuangan
3.Cara penyimpanan
4.Taraf tenaga kerja
5.Kebijaksanaan
6.Teknik dan metode yang diterapkan dalam melestarikan bahan-bahan pustaka serta informasi yang dikandungnya

B.Definisi Preservasi

Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Pada dasarnya Preservasi itu upaya untuk mematikan agar semua bahan koleksi cetak maupun non cetak pada suatu perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.

Preservasi adalah aktivitas-aktivitas yang mencakup pemberian suatu lingkungan yang stabil bagi semua jenis media arsip, menggunakan metode-metode penanganan dan penyimpanan yang aman, menduplikasi bahan-bahan yang tidak stabil (misalnya nitrate film, thermofax) ke suatu media yang stabil, mengkopi bahan-bahan yang potensial mengalami kerentanan ke suatu format yang stabil (misalnya dimikrofilmkan atau didigitalisasi), menyimpan arsip-arsip dalam tempat-tempat penyimpanan yang terbuat dari bahan yang stabil (misalnya, boks dokumen yang terbuat dari kertas karton “bebas asam”), memperbaiki dokumen-dokumen untuk melestarikan format asli mereka, membuat program kontrol terhadap hama perusak dan menyiapkan rencana pemulihan bencana yang memasukkan rencana-rencana untuk kesiapan dan respon terhadap terjadinya bencana.

Pelestarian (Preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengolahan, metode dan tehnik, sumber daya manusia, dan penyimpanannya.

C.Definisi Konservasi

Konservasi secara umum diartikan dengan pelestarian. Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Maka dalam lingkup perpustakaan dapat dikatakan bahwa konservasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk melestarikan semua bahan koleksi yang ada agar tetap dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam pelestariannya mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut.

Pengawetan (Conservation) membatasi kebijakan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut.

Perawatan merupakan bagian dari “Concervation” yaitu pengawetan. “Menurut Perpustakaan RI, (1992: 2) pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis”.
Perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran.

Usaha-usaha berikut meliputi:
1.Pembersihan terhadap noda
2.Fumigasi. Fumigasi berasal dari kata “fumigation” atau “to fumigati” yang artinya mengasapi atau megasap.
3.Menghilangkan keasaman pada kertas
4.Laminasi. Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat.
5.Enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant.
6.Konservasi Koleksi Audio Visual

d.Definisi Restorasi
Perbaikan (Restoration) menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak, contohnya: menambal, menyambung, dan penjilidan

Dari beberapa definisi istilah diatas dapat kita simpulkan bahwa, kegiatan Conservation dan Restoration adalah bagian dari kegiatan Konservasi. Sedangkan Preservation adalah kegiatan yang tidak bisa dimasukkan kedalam konservasi karena itu telah masuk pada Preservasi. Hal ini dipisahkan karena ada batasan-batasan dari masing-masing istilah tersebut.

Sejarah dan Perkembangan Kegiatan Preservasi Perpustakaan.

Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian bahan pustaka bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman dahulu perpustakaan telah berusaha untuk mencegah dan mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor alam, serangga, dan manusia. Pemustaka manusia sebagai pemustaka juga turut amdil sebagai faktor perusak bahan pustaka, maka perlu sebuah perhatian khusus bagi pengelola perpustakaan agar pemustaka tidak lagi menjadi perusak bahan pustaka dan harus diberdayakan sebagai pihak yang ikut serta dalam pemeliharaan bahan pustaka. Dalam sepuluh tahun terakhir pada abad ke-20, Preservasi telah berkembang menjadi salah satu macam pekerjaan yang menarik perhatian dalam dunia perpustakaan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini setiap perpustakaan selalu menerapkan kegiatan Preservasi ini. Dan kita mengaharapkan dengan semakin berlanjutnuya kegiatan seperti ini, maka akan terjaga pula semua koleksi perpustakaan agar tidak cepat rusak maupun hilang.

 

Sumber:
Kartika. (2011). Preservasi Bahan Pustaka di Perpustakaan. Diakses Februari 4, 2013, dari http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37194-hardskill%20-PRESERVASI%20BAHAN%20PUSTAKA%20DI%20PERPUSTAKAAN%20.html
Lubis, Particia Irina. (2011). Konservasi dan Preservasi Bahan Pustaka pada Perpustakaan Politeknik Medan. Diakses Februari 4, 2013, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27059/3/Chapter%20II.pdf

Perpustakaan pada umumnya hanya menyimpan koleksi berupa bahan fisik (buku, majalah, jurnal, dll) atau dapat dikatan merupakan perpustakaan konvensional, yang hampir seluruh pelayanan yang diberikan kepada pengguna secara langsung. Perpustakaan konvensional masihlah ada saat ini terkhusus di perpustakaan-perpustakaan yang mimiliki dana yang minimum, akan tetapi berbeda dengan perpustakaan-perpustakaan yang memiliki dana yang cukup untuk dapat mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi saat ini. Segala koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan ini sudah berbentuk digital dan seluruh koleksi fisiknya sudah tidak ditampilkan lagi, perpustakaan seperti ini merupakan perpustakaan digital.

Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan hampir semua layanan koleksi fisik berubah menjadi koleksi elektronik tetapi tidak dengan pengguna perpustakaan ini sendiri. Perilaku pengguna yang tidak semua menyukai dan mengikuti teknologi lebih menyukai koleksi yang berbentuk fisik.Oleh sebab itu pustakawan berinovasi dengan menggabungkan 2 jenis yaitu perpustakaan konvesional bagi pengguna yang lebih menyukai koleksi bentuk fisik dengan perpustakaan digital bagi pengguna yang senang dengan kemudahan dan kecepatan informasi dan membentuk perpustakaan hibrida (perpustakaan hybrid). Istilah perpustakaan hibrida pertama kali dikemukakan oleh Chris Rusbridge dalam artikel yang dimuat dalam di D-LibMagazine pada tahun 1998. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan suatu perpustakaan yang koleksinya terdiri atas bahan cetak dan bahan non cetak. Salah satu gara yang paling aktif dalam melakukan penelitian guna mewujudkan perpustakaan hibrid ialah Negara Inggris. Terlihat dalam D-Lib Magazine edisi oktober 1998 terdapat 5 proyek Inggris yang mencoba mewujudkan menciptakan perpustakaan hibrida

1) HyLife(hybrid Library of the future) Proyek ini berusaha mendirikan, menguji, mengevaluasi, serta menyebarkan sekitar teori dan praktik perpustakaan hibrida yang terdiri atas layanan lektronik dan cetak. Proyek ini dikembangkan di University of Northumbria yang menfokuskan diri dalam hal nonteknologi untuk memahami bagaimana cara terbaik mengoperasikan perpustakaan hibrida. Salah satu hasilnya adalah Hybrid Library Toolkit, yang berisikan panduan mengenai langkah implementasi bagi perpustakaan-perpustakaan yang ingin mengembangkan jasa elektronik sesuai dengan kebutuhan.

2) Malibu (Managing the hybrid Library for the Benefit of Users). Proyek ini memfokuskan diri pada pengembangan model institusi untuk organisasi dan layanan perpustakaan hibrida. Malibu didirikan oleh tiga lembaga yaitu King’s College London, University of Oxford, dan University of Southamton, yang mengembangkan perpustakaan hibrida dalam kajian humanities. Proyek ini menarik sebab juga melibatkan pemakai untuk membuat skenario sistem yamg memudahkan dalam melayani pemakainya. Malibu memfokuskan pada pengembangan model institutsi untuk suatu organisasi dan manajemen layanan perpustakaan hibrida.

3) HeadLine (Hybrid Electronic Access and Delivery in the Library Networked Environment)

Proyek ini dikerjakan oleh London School of Economics, The London Business School, dan The University of Hertfordshire. Proyek ini bertujuan mrerancang dan mengimplementasikan model perpustakaan hibrida dalam dalam lingkungan akademik yang nyata. Pproyek ini bereksperimen dengan lingkungan jasa informasi personal alias Personal Information Environment dengan mengembangkan portal yang memungkinkan pemakai perpustakaan mengakses informasi elektronik maupun nonelektronik secara terintegrasi.

4) Builder (Birmingham University Integrated Library Development and Electronic Resource)

Dikembangkan di University of Birmingham, bertujuan untuk mempelajari dampak perpustakaan hibrida terhadap pemakai di perguruan tingi, mulai dari mahasiswa serta dosen yang mengajar di sana, serta pengelola perpustakaan sendiri.

5) Agora, membangun sistem manajemen perpustakaan hibrida ( a hybrid library management system /HLMS) merupakan konsorsium yang terdiri atas University of East Anglia, UKOLN, Fretwell-Downing Informatics, dan CERLIM (the Centre for Research in Library and Information Management) dengan konsentarsi pada Hibrid Library Management System. Perhatian utama dalam proyek ini adalah pengembangan sistem informasi berbasis pada konsep search, locate, request, an deliver.

Dari temuan di atas akhirnya para Pustakawan dan para ahli teknologi berkolaborasi mengembangkan suatu konsep perustakaan hibrida yang tetap mempertahankan koleksi tercetak, dan digital secara terintegrasi tanpa harus meniadakan salah satunya.

Bila dibuat tabel akan seperti berikut :

 

Koleksi Layanan SDM Sarana dan Prasarana
Koleksi terdiri dari 2 jenis yaitu koleksi buku dan koleksi elektronik Memadukannya cara lektronik dan non elektronik, contoh katalog sudah menggunakan software (OPAC) dan layanan sirkulasi masih tatap muka Masih menggunakan pustakawan yang dapat mengoprasi komputer dan juga pustakawan yang ahli dalam pelayanan teknis Membutuhkan sarana dan prasarana perpustakaan yang mendukung tujuan perpustakaan hibrida yaitu berbasis cetak dan non cetak

 

Jadi, untuk memfasilitasi 2 jenis pengguna perpustakaan, pustakawan harus dapat berinovasi dengan menggabungkan keduanya dalam satu perpustakaan. Karena tidak sedikit pengguna yang masih meragukan ke otentifikasi an dan informasi sampah yang dapat dengan mudah beredar di dunia digital. Tetapi pustakawan juga perlu untuk mengembangkan koleksi perpustakaan karena pada saat ini terdapat koleksi yang mungkin hanya akan digunakan bila menggunakan teknologi saat ini seperti e-journal, e-book, e-magazine dll. Contoh PerpustakaanUPI Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo Eko, Hybrid library.Surabaya : Kompasiana. 2012 melalui tautan :

http://www.kompasiana.com/prasetyo_pirates/hybrid-library_551859eca333118407b66381 (2 maret 2017 pada 11 : 03)

Iskandar. Perpustakaan Hybrid. Makasar : univesitas hasanudin.2016

Sulistyo-Basuki. (1993). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pengaruh Internet sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, setiap kegiatan hampir menggunakan internet. Mulai dari tranportasi umum hingga memesanan makanan dapat dilakukan menggunakan internet.  Allan (2005) menjelaskan bahwa internet merupakan sekumpulan jaringan komputer yang saling terhubung satu sama lain secara fisik dan juga memiliki kemampuan untuk membaca dan menguraikan berbagai protokol komunikasi tertentu yang sering kita kenal dengan istilah Internet Protocol (IP) serta Transmission Control Protocol (TCP).  Penggunaan internet sendiri berpengaruh terhadap penggunaan perpustakaan, sebagian pengguna beranggapan bahwa dengan adanya internet sudah tidak perlu adanya perpustakaan. Oleh sebab itulah pustakawan harus segera berinovasi dan kreatif dalam menyikapi opini tersebut, salah alternatif yang dapat dilakukan oleh pustakawan ialah pembuatan perpustakaan digital, sehingga pengguna dapat mengakses perpustakaan dimanapun dan kapanpun “asalkan ada koneksi internet” (prof. Ida, 2017).

Sebelum mengenal bagaimana membangun perpustakaan digital sebaiknya kita mencari tahu, apa itu perpustakaan digital. Menurut Water tahun 1998 menyebutkan bahwa Perpustakaan digital adalah suatu organisasi yang menyediakan sumber-sumber informasi, termasuk staf ahli untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan, dan memepertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan mudah untuk digunakan oleh komunitas tertentu dan yang ditentukan. Dari definisi dapat dilihat jenis perpustakaan ini sangat jauh berbeda dengan jenis perpustakaan-perpustakaan terduhulunya. Dalam defini tersebut juga dijelaskan bahwa tidak hanya satu aspek saja yang berubah, seperti koleksi saja yang berbentuk digital akan tetapi pustakawan pun harus ikut di upgrade dimana setiap pustakawan ditantang harus dapat menggunakan, memberitahukan cara penggunaan hingga cara perawatan software yang digunakan oleh perpustakaan tersebut. Apakah mental pustakawan Indonesia sudah siapa akan perubahan drastis ini?

Langkah awal pembentukan perpustakaan digital :

  1. Analisa kebutuhan

Pertanyaan awal akan muncul pada saat pembangunan peprustakaan jenis ini ialah apakah memang perlu jenis perpustakaan ini dibangun? Pertanyaan seperti tidak dapat diterima hanya berdasarkan defini saja, tetapi harus diadakan studi untuk menentukan kebutuhan yang biasa disebut analisis kebutuhan. Bila dari hasil dari analisis ini didapatkan hasil yang positif, pembentukan perpustakaan digital dapat dilanjutkan yaitu menentukan tujuan yang sering kali didasarkan pada visi dan misi perpustakaan dan lembaga induk yang menaungi perpustakaan tersebut.

  1. Studi Kelayakan

Apabila penentuan kebutuhan dan tujuan sudah dilakukan, tehap ini memiliki eberapa komponen sebagai berikut

  • Technically feasible (apakah secara teknis layak). Kelayakan secara teknis menjadi faktor penentu dalam pembentukan perpustakaan digital, karena perpustakaan digital memerlukan infrastruktur dan tenaga yang ahli seperti provider untuk internet, hardware, software, listrik, dan poin yang paling penting adanya pustkawan yang dapat mengoperasikan semuanya.
  • Economically profitable(apakah secara ekonomi menguntungkan).

Dalam komponen ini kita tidak harus menghitung dari seberapa laba yang akan diperoleh, melainkan sejauh mana pengaruh perpustakaan digital yang akan dibentuk terhadap efektifitas da efisiensi dalam layanan pengguna.

  • Socially Acceptable(apakah secara sosial dapat diterima)

Pada komponen ini pengguna dan pustakawan menjadi hal yang penting. Bila dilihat dari tujuan secara teoritis memang dapat menguntungkan segala pihak akan tetapi belum tentu bila dilihat dari lapangan, apakah pengguna dapat mengerti akan manfaat dan cara menggunakan perpustakaan tersebut dan apakah pustakawan sudah dapat menggunakan infrastruktur dalam perpustakaan jenis ini. Oleh sebab itu komponen ini harus diperhatikan secara khusus bagi pembuat jenis perpustakaan digital ini.

  1. Software (peranti lunak)

Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang segala bentuk koleksinya berbentuk elektronik yang secara langsung akan berhubungan dengan database, dalam pembentukan database disini membutuhkan software. Software yang bagaimana dan berapa biaya dalam pembangunan database ini, kriterianya dapat dilihat sebagai berikut :

  • Akses poin

Software yang baik adalah perangkat lunak yang mimiliki akses poin banyak, paling tidak dayang kita miliki itu dapat ditelusuri melalui beragam kata kunci.

  • User friendly

Mudah digunakan oleh pengguna merupakan tujuan utama dipilihanya suatu software. Karena bila mudah digunakan maka informasi yang terdapat pada perpustakaan akan cepat dan mudah untuk didapatkan.

  • Sustainability

Software yang digunakan dalam perpustakaan digital haruslah memiliki garansi dari lembaga atau instansi yang mengeluarkan software tersebut. Sebaiknya bila membeli suatu software dibuat oleh suatu lembaga karena bila kita menggunakan perorangan akan sulit dalam perawatanya.

  • Price

Harga, sesuatu yang sangat sensitif dalam perundingan suatu instansi. Biasanya harga akan ditekan begtu rendah tetapi menginginkan kualitas preimium, hal tersebut adalah hal yang mustahil karena bila menginginkan fullservice biasanya dikenankan biaya yang cukup tinggi.

  1. Pelaksanaan

Dalam tahap ini pustakawan harus dapat memberikan perhatian khusus kepada pengguna dalam menggunakan fasilitas-fasilitas yang berda di perpustakaan digital, karena dipastikan bila dalam awal pembukaan perpustakaan digital pengguna masih bingung dalam penggunaan fasilitas-fasilitas yang ada. Pustakawan harus lebih aktif menjelaskan kepada setiap pengguna yang datang bertanya ataupun jemput pasar ( mendatangi pengguna yang kebingungan).

  1. Evaluasi

Seperti pada program-program perpustakaan tahap evaluasi harus selalu dilakukan, evaluasi itu sendiri harus dilakukan secara berkala untuk melihat dan menilai apakah tujuan awal pembentukan perpustakaan digital ini sudah sampai mana, dan bila ada perubahan yang harus dilakukan dapat dilakukan secara langsung.

Daftar Pustaka

Allan . Pengertian internet dan asal usul dari kata internet, Surabaya : Penerbit indah. 2005

Waters. J. Donald. What are digital libraries?.Washington . 1998

https://www.clir.org/pubs/issues/issues04.html (diakses pada 03 maret 2017 pada 15.22)

Perkembangan teknologi dan informasi berkembang dengan cepatnya, hal tersebut berdampak kepada institusi pelayanan informasi untuk selalu dapat mengikuti setiap perkembangannya. Salah satu instansi tersebut adalah Perpustakaan. Perkembangan Teknologi dan informasi yang berdampak pada perpustakaan ialah hadirnya OPAC (Online Public Access Catalog). OPAC adalah katalog yang terseimpan dalam database, yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja asalkan pengguna menggunakan jaringan internet. Sebelum dikenalnya OPAC, terdapat berbagai bentuk katalog, yang paling sering kita dengan ialah katalog kartu.

Katalog ialah suatu rekaman atau daftar bahan pustaka  yang dimiliki perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu (Masruri, 2008). Kartu katalog adalah bentuk katalog perpustakaan yang semua deskripsi bibliografinya(entri) di catat dalam suatu kartu yang berbentuk 7.5 cm x 12.5 cm. Kumpulan entri tersebut kemudia disusun secara sistematis berdasarkan pengarang, subjek, judul, dan call number kedalam almari katalog. Kartu katalog sangatlah fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan, karena bila terjadi  perubahan dapat di tulis ulang pada kartu tersebut dan di kembalikan pada tempatnya

Contoh Katalog Kartu

Sumber : http://web.unair.ac.id/admin/file/f_7576_TRTER.jpg

Contoh Almari Kartu Katalog

Sumber : http://desainperpustakaan.blogspot.co.id/2016/08/perpustakaan-sekolah.html

Katalog kartu memiliki beberapa ciri antara lain:

  • Fleksibel
    • Kartu katalog dapat disusun sesuai kebutuhan perpustakaan (alfabetis & call number )
    • Dapat dibentuk dalam “dictionary atau devide form”
    • Mudah ditambah dan dikurangi
  • Mudah Digunakan
    • Mudah digunakan bagi yang mengenal aturan file
    • Disediakan guide cross dan konsistensi dalam pembuatannya
    • Mudah dibaca
  • Mudah dalam pembuatan dan perawatan
    • Tetap relevan dengan perkembangan komputer
    • Reproduksi katalog lebih mudah
    • Software yang digunakan lebih beragam
    • Dapat dilakukan koreksi katalog

Jadi, kartu katalog  memang sudah tertingal bila dibandingkan sekarang sudah beredar komputer-komputer yang dapat dengan mudah dan cepat dalam menemukan informasi, akan tetapi kartu katalog masih dapat digunakan bagi perpustakaan-perpustakaan yang belum terotomasi atau konfensional.

Bangsa yang besar tidak akan melupakan pendahulunya” (KelasMIP, 2017)

DAFTAR PUSTAKA

Masruri, Anis, dkk, Dasar-dasar katalogisasi. yogyakarta: fakultas adab dan ilmu budaya uin, 2008.

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_7576_TRTER.jpg
-,Desain Perpustakaan: Perpustakaan Sekolah. Malang.2017
sumber: http://desainperpustakaan.blogspot.co.id/2016/08/perpustakaan-sekolah.html (diakses pada  26 februari 2017)

 

« Previous PageNext Page »