Archive for March, 2017

Suatu sistem yang dibuat untuk memudahkan pustawakan dalam mengelola setiap kegiatan yang ada di perpustakaan. Setiap perpustakaan memiliki kebijakan masing –masing dalam mengatur setiap kegiatan nya, oleh karena itu biasanya perpustakaan menggunakan open source software (OSS). OSS yang biasa digunakan dalam dunia perpustakaan ialah Senayan Library Management System (SLiMS) (dapat di download di www.slims.web.id/http://perpustakaan.kememdiknas.go.id/senayan ) software yang berbasis web ini dapat memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan dalam skala kecil hingga skala besar.

Fitur – fitur yang dimiliki oleh SLiMS :

  1. OPAC (online Public Access Catalogue)
  2. Terdapat cover buku untuk mempermudah pencarian
  3. Simple Search dan Advanced Search
  4. Menggunakan format XML untuk kebutuhan web service

Software ini dapat di pasang di komputer dengan spesifikasi minimal penitum III, 256 MB RAM, VGA 16 bit, dengan prangkat tambahan seperti barcode scanner, dan printer laserjet. SLiMS di dunia perpustakaan sudah menjadi standar baku untuk membuat perpustakaan konvesional berkembang menjadi perpustakaan teroutomasi.

Pengenalan pengguna ke software ini sangatlah mudah, karena dalam pencarian setiap koleksi sudah terdapat cover buku sebagai pentada koleksi tersebut.  SLiMS ini dapat digunakan dalam wilayah tertentu(intranet) ataupun secara online, tergantung kebutuhan dan kebijakan perpustakaan itu sendiri.

Desain sebuah bangunan merupakan daya tarik tersendiri bagi setiap masyarakat untuk dapat mengunjungi atau mengabadikan bangunan tersebut. Untuk dapat menarik masyarakat untuk dapat mengunjungi setiap bangunan memerlukan desain yang unik yang memiliki sesuatu yang berbeda dengan yang lainya. Unik dalam desain bukan berarti harus membuat sesatu dengan alat-alat yang serba modern ataupun teknologi-teknologi yang mutakhir saat ini, melainkan dapat mempergunakan sesuatu yang ada dan mengembangkanya menjadi sesuatu yang menarik masyarakat tanpa merubah bentuk asalnya.

 

Beberapa bentuk desain perpustakaan tertua di dunia yang masih dipertahankan dan masih dapat dimanfaatkan setiap fasilitasnya. Antara lain :

  1. Perpustakaan The Royal Ashurbanipal (sebelum abad ke 7)

The Royal Library of Ashurbanipal yang didirikan oleh Raja Ashurbanipal, raja terakhir dari Kekaisaran Asiria Baru. Di perpustakaan ini disimpan banyak tablet tanah liat dan juga fragmen-fragmen yang berisi teks berbagai macam jenis dari abad ke-7 sebelum masehi. Saat pertama kali ditemukan, ada banyak potongan-potongan teks yang berserakan yang membuat para ahli kesusahan dalam merekonstruksi ulang teks-teks aslinya. Fragmen-fragmen ini ditemukan di daerah arkeologis di Kouyunjik. Situs ini dapat ditemui di Irak saat ini.

Situs ini pertama kali ditemukan oleh Austen Henry Layard. Sebagian besar teks yang ada di sini sudah dipindahkan ke Inggris dan sekarang dapat dilihat di British Museum. Situs ini sudah dikenal sejak tahun 1849 yang bernama South-West Palace yang merupakan Royal Palace dari Raja Sennacherib. Raja Ashurbanipal suka dengan literatur, dan merupakan seorang kolektor tablet dan text yang antik. Dia mengirimkan orang-orangnya untuk pergi ke seluruh Kerajaan Asiria Baru untuk mengumpulkan teks-teks antik. Dia mempekerjakan ilmuan untuk menduplikasi teks-teks yang ada, terutama dari sumber Babylonia. Fragmen dari Royal Library ini meliputi: royal inscription, ramalan, mitos, religius teks, kontrak, pemberian anugerah, surat pemerintahan, dan berbagai macam administrasi negara lainnya. Beberapa dari teks menyangkut masalah kesucian, omen, inkanasi, dan himne untuk berbagai Tuhan, yang lainnya berkaitan dengan pengobatan, astronomi, dan literatur. The Epic of Gilgamesh, yang merupakan puisi terbesar dari Babilonia Kuno ditemukan dalam perpustakaan ini. Dokumen-dokumen asli yang ada di perpustakaan ini sebenarnya mungkin punya nilai yang lebih besar dibandingkan dengan papirus, tablet tanah liat ataupun tablet yang telah beku yang ada di British Library.

  1. Perpustakaan di Biara St Catherine, Gunung Sinai Mesir (Antara 548-565) 

Biara ini terletak di lereng yang lebih rendah dari Gunung Sinai. Letak perpustakaan yang ada dalam biara ini benar-benar jauh dari deskripsi peradaban kota. Apalagi jika dibandingkan dengan perpustakaan lainnya yang ditemukan pada abad setelahnya, lokasinya cukup jauh dari keramaian kota. Jika Anda datang dari Kairo, Anda dapat mencapai Biara Catherine melalui jalan darat dengan waktu tempuh selama 6 jam.

Perpustakaan yang ditemukan di Biara St Catherine ini menjadi perpustakaan tertua kedua di dunia. Biara itu sendiri merupakan peninggalan atau warisan dari peradaban sebelumnya, dan Anda tidak bisa menemukan biara serupa Biara St Catherine ini yang masih ada hingga sekarang. Di perpustakaan ini, Anda bisa menemukan beberapa naskah Bizantium, yang merupakan salah satu koleksi yang paling diawetkan dan unik di Athenaeum. Naskah Bizantium ini juga termasuk naskah kuno awal dibanding naskah kuno lainnya. Naskah Bizantium juga sering dikenal sebagai Sinaiticus Siria.

  1. Perpustakaan Nasional Republik Czek, Praha (1.366)

Perpustakaan Nasional Republik Czek ini bukan hanya salah satu perpustakaan tertua di bumi. Perpustakaan ini memiliki gaya arsitektur yang unik. Dibangun berawal dari sumbangan buku oleh Raja Charles ke IV. Maka dari itu, sejarah perpustakaan ini erat hubungannya dengan berdirinya Charles University pada tahun 1348. Perpustakaan ini telah menerima dukungan besar dari dunia internasional dan bahkan dari UNESCO karena menjunjung tinggi misi asli dari perpustakaan nasional untuk melayani masyarakat dan sebagai arsip dokumen, yang juga termasuk file digital. Pemandangan yang paling mempesona adalah arsitektur baroque dari kompleks Klementium di dalam perpustakaan tersebut.

  1. Bibliotheque Nationale de France di Paris, Perancis (1.461)

Bibliotheque Nationale de France adalah Perpustakaan Nasional Perancis, yang terletak di Paris. Menurut catatan, pendiri sebenarnya dari perpustakaan ini adalah Louis XI yang benar-benar memerintah antara 1.461 sampai 1483. Alasan utama untuk awal adalah kelangsungan koleksi kerajaan.perpustakaan Ini tidak hanya melayani orang-orang di Paris, tapi bahkan komunitas ilmiah global. Ini memiliki 30 juta item, yang mencakup 14 juta buku, publikasi, 5.000 manuskrip Yunani, dan dokumen digital lainnya.

  1. Bodleian Library di Oxford, Inggris (1.602)

Bodleian Library di Oxford adalah Perpustakaan Akademik dibangun dan didirikan pada tahun 1602, yang terletak di University of Oxford di Inggris. Ini adalah perpustakaan terbesar kedua di Inggris, di samping British Library, tapi itu salah satu perpustakaan tertua yang dapat Anda lihat di Eropa.Ketika pembukaan perpustakaan ini  pada tahun 1602, perpustakaan ini memiliki koleksi total 2.000 buku.

 

Daftar Pustaka

http://www.puretravel.com/blog/2013/10/15/top-5-oldest-national-libraries-in-the-world/

https://en.wikipedia.org/wiki/Library_of_Ashurbanipal

http://insomniague.blogspot.co.id/2013/03/10-perpustakaan-tertua-di-dunia.html

 

instagram” merupakan salah satu aplikasi telepon pintar yang hampir setiap masyarakat miliki. Aplikasi ini memuat foto-foto dimana seseorang merasa perlu atau layak untuk di publikasikan. Foto-foto yang biasa diunggah pada aplikasi ini sebagian besar adalah :

  1. Tempat yang memiliki kesan bagi pengguna aplikasi
  2. Makanan / minuman
  3. Meme
  4. Tempat promosi barang/jasa
  5. Dll
meme food
place promotion

 

Apakah perpustakaan dapat menjadi salah satu tempat dimana menjadi masyarakat datang dan berfoto di perpustakaan ?

Tentu saja bisa, menurut UU no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan menyatakan “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”.
menurut penjelasan di atas maka dapat diartikan bahwa perpustakaan dapat menjadi tempat rekreasi diamana masyarakat berkunjung untuk bersenang-senang, mengabadikan kegiatanya, dan mengunggahnya ke aplikasi ini.

Apakah ada hubungan antara penggunaan aplikasi Instagram dengan perpustakaan ?

Tentu saja ada, dengan seseorang mengunggah foto di perpustakaan teman dari pengunggah tersebut melihat, dengan melihat foto tersebut maka akan ada seseorang yang penasaran dan ingin mencoba untuk berfoto di tempat yang sama. Secara tidak langsung pengunggah pertama melakukan promosi tanpa adanya di bayar. Selain dari promosi perpustakaan minat kunjung pun akan meningkat seiiring dengan banyak orang yang ingin melakukan foto ditempat tersebut.

Contoh foto di Perpustakaan

(sumber http://www.cumicumi.com/news/read/74675/stella-cinta-selfie )

Untuk menjadi tempat yang memiliki kesan, pengelola institusi yang disini adalah pustkawan harus dapat membuat sesuatu yang menarik masyarakat salah satu contoh dengan membuat suatu terobosan yang baru seperti membuat desain perpustakaan dengan konsep horor pada bulan oktober akhir yang bertepatan dengan Halloween atau konsep dengan desain penuh nuansa cinta atau pink pada bulan februari yang bertepatan dengan Valentine. Memang untuk membuat kesan yang menarik masyarakat tidaklah hanya dari desain semata adapun cara lain seperti melakukan kegiatan bedah buku, pagelaran musik, demo masak, dll. Hal yang dapat diambil dalam pengertian tersebut ialah melakukan perubahan sesuai dengan keinginan  dan kebutuhan dari pengguna atau media.

 

DAFTAR PUSTAKA

Cumicelbs. Stella Cinta ‘Selfe’. Laman : http://www.cumicumi.com/news/read/74675/stella-cinta-selfie . 2014. Di akses pada 19 Maret 2017 pukul 16.30

Indonesia. Undang-Undang Dasasr 1945

Indonesia. Undang-Undang tentang Perpustakaan, UU no. 43 Tahun 2007

Wikipedia Instagram, Laman : https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram . Di akses pada 19 Maret 2017 pukul 16.17

A.Konsep Dasar

Perpustakaan yang merupakan sumber informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efesien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya dan memepertahankan kandungan informasi yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka. Pada dasarnya Preservasi itu upaya untuk mematikan agar semuabahan koleksi cetak maupun non cetak pada suatu perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.

Pelestarian (Preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengolahan, metode dan tehnik, sumber daya manusia, dan penyimpanannya.
Tujuan utama program pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar koleksi bahan pustaka selalu sedia dan siap pakai. hal ini dapat dilakukan dengan melestarikanbentuk fisik bahan pustaka, melestarikan kandungan informasi ke dalam media lain (alihmedia) seperti mikrofilm, mikrofish, foto reproduksi dan fotokopy. atau melestarikan kedua-duanya, yaitu bentuk fisik dan kandungan informasi.

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan pemeliharaan bahan pustaka di perpustakaan:
1.Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan pustaka atau dokumen.
2.Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen.
3.Mengatasi kendala kekurangan ruang (space).
4.Mempercepat proses temu balik atau penelusuran dan perolehan informasi.
5.Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.

Kegiatan Pemeliharaan atau preservasi bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain:
1.Fungsi perlindungan. Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang mengakibatkan kerusakan.
2.Fungsi pengawetan . Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.
3.Fungsi kesehatan. Upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun pustakawan.
4.Fungsi pendidikan . Upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar.
5.Fungsi kesabaran. Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan ketelitian.
6.Fungsi sosial. Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang lain.
7.Fungsi ekonomi. Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka, yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.
8.Fungsi keindahan. Dengan pemeliharaan yang baik, bahan pustaka di perpustakaan akan tersusun rapi, indah dan tidak berserakan, sehingga perpustakaan kelihatan indah dan nyaman.

Unsur-unsur dalam pelestarian bahan pustaka meliputi:
1.Pengelolaan
2.Keuangan
3.Cara penyimpanan
4.Taraf tenaga kerja
5.Kebijaksanaan
6.Teknik dan metode yang diterapkan dalam melestarikan bahan-bahan pustaka serta informasi yang dikandungnya

B.Definisi Preservasi

Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Pada dasarnya Preservasi itu upaya untuk mematikan agar semua bahan koleksi cetak maupun non cetak pada suatu perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.

Preservasi adalah aktivitas-aktivitas yang mencakup pemberian suatu lingkungan yang stabil bagi semua jenis media arsip, menggunakan metode-metode penanganan dan penyimpanan yang aman, menduplikasi bahan-bahan yang tidak stabil (misalnya nitrate film, thermofax) ke suatu media yang stabil, mengkopi bahan-bahan yang potensial mengalami kerentanan ke suatu format yang stabil (misalnya dimikrofilmkan atau didigitalisasi), menyimpan arsip-arsip dalam tempat-tempat penyimpanan yang terbuat dari bahan yang stabil (misalnya, boks dokumen yang terbuat dari kertas karton “bebas asam”), memperbaiki dokumen-dokumen untuk melestarikan format asli mereka, membuat program kontrol terhadap hama perusak dan menyiapkan rencana pemulihan bencana yang memasukkan rencana-rencana untuk kesiapan dan respon terhadap terjadinya bencana.

Pelestarian (Preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengolahan, metode dan tehnik, sumber daya manusia, dan penyimpanannya.

C.Definisi Konservasi

Konservasi secara umum diartikan dengan pelestarian. Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Maka dalam lingkup perpustakaan dapat dikatakan bahwa konservasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk melestarikan semua bahan koleksi yang ada agar tetap dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam pelestariannya mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut.

Pengawetan (Conservation) membatasi kebijakan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut.

Perawatan merupakan bagian dari “Concervation” yaitu pengawetan. “Menurut Perpustakaan RI, (1992: 2) pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis”.
Perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran.

Usaha-usaha berikut meliputi:
1.Pembersihan terhadap noda
2.Fumigasi. Fumigasi berasal dari kata “fumigation” atau “to fumigati” yang artinya mengasapi atau megasap.
3.Menghilangkan keasaman pada kertas
4.Laminasi. Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat.
5.Enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant.
6.Konservasi Koleksi Audio Visual

d.Definisi Restorasi
Perbaikan (Restoration) menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak, contohnya: menambal, menyambung, dan penjilidan

Dari beberapa definisi istilah diatas dapat kita simpulkan bahwa, kegiatan Conservation dan Restoration adalah bagian dari kegiatan Konservasi. Sedangkan Preservation adalah kegiatan yang tidak bisa dimasukkan kedalam konservasi karena itu telah masuk pada Preservasi. Hal ini dipisahkan karena ada batasan-batasan dari masing-masing istilah tersebut.

Sejarah dan Perkembangan Kegiatan Preservasi Perpustakaan.

Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian bahan pustaka bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman dahulu perpustakaan telah berusaha untuk mencegah dan mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor alam, serangga, dan manusia. Pemustaka manusia sebagai pemustaka juga turut amdil sebagai faktor perusak bahan pustaka, maka perlu sebuah perhatian khusus bagi pengelola perpustakaan agar pemustaka tidak lagi menjadi perusak bahan pustaka dan harus diberdayakan sebagai pihak yang ikut serta dalam pemeliharaan bahan pustaka. Dalam sepuluh tahun terakhir pada abad ke-20, Preservasi telah berkembang menjadi salah satu macam pekerjaan yang menarik perhatian dalam dunia perpustakaan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini setiap perpustakaan selalu menerapkan kegiatan Preservasi ini. Dan kita mengaharapkan dengan semakin berlanjutnuya kegiatan seperti ini, maka akan terjaga pula semua koleksi perpustakaan agar tidak cepat rusak maupun hilang.

 

Sumber:
Kartika. (2011). Preservasi Bahan Pustaka di Perpustakaan. Diakses Februari 4, 2013, dari http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37194-hardskill%20-PRESERVASI%20BAHAN%20PUSTAKA%20DI%20PERPUSTAKAAN%20.html
Lubis, Particia Irina. (2011). Konservasi dan Preservasi Bahan Pustaka pada Perpustakaan Politeknik Medan. Diakses Februari 4, 2013, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27059/3/Chapter%20II.pdf

Perpustakaan pada umumnya hanya menyimpan koleksi berupa bahan fisik (buku, majalah, jurnal, dll) atau dapat dikatan merupakan perpustakaan konvensional, yang hampir seluruh pelayanan yang diberikan kepada pengguna secara langsung. Perpustakaan konvensional masihlah ada saat ini terkhusus di perpustakaan-perpustakaan yang mimiliki dana yang minimum, akan tetapi berbeda dengan perpustakaan-perpustakaan yang memiliki dana yang cukup untuk dapat mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi saat ini. Segala koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan ini sudah berbentuk digital dan seluruh koleksi fisiknya sudah tidak ditampilkan lagi, perpustakaan seperti ini merupakan perpustakaan digital.

Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan hampir semua layanan koleksi fisik berubah menjadi koleksi elektronik tetapi tidak dengan pengguna perpustakaan ini sendiri. Perilaku pengguna yang tidak semua menyukai dan mengikuti teknologi lebih menyukai koleksi yang berbentuk fisik.Oleh sebab itu pustakawan berinovasi dengan menggabungkan 2 jenis yaitu perpustakaan konvesional bagi pengguna yang lebih menyukai koleksi bentuk fisik dengan perpustakaan digital bagi pengguna yang senang dengan kemudahan dan kecepatan informasi dan membentuk perpustakaan hibrida (perpustakaan hybrid). Istilah perpustakaan hibrida pertama kali dikemukakan oleh Chris Rusbridge dalam artikel yang dimuat dalam di D-LibMagazine pada tahun 1998. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan suatu perpustakaan yang koleksinya terdiri atas bahan cetak dan bahan non cetak. Salah satu gara yang paling aktif dalam melakukan penelitian guna mewujudkan perpustakaan hibrid ialah Negara Inggris. Terlihat dalam D-Lib Magazine edisi oktober 1998 terdapat 5 proyek Inggris yang mencoba mewujudkan menciptakan perpustakaan hibrida

1) HyLife(hybrid Library of the future) Proyek ini berusaha mendirikan, menguji, mengevaluasi, serta menyebarkan sekitar teori dan praktik perpustakaan hibrida yang terdiri atas layanan lektronik dan cetak. Proyek ini dikembangkan di University of Northumbria yang menfokuskan diri dalam hal nonteknologi untuk memahami bagaimana cara terbaik mengoperasikan perpustakaan hibrida. Salah satu hasilnya adalah Hybrid Library Toolkit, yang berisikan panduan mengenai langkah implementasi bagi perpustakaan-perpustakaan yang ingin mengembangkan jasa elektronik sesuai dengan kebutuhan.

2) Malibu (Managing the hybrid Library for the Benefit of Users). Proyek ini memfokuskan diri pada pengembangan model institusi untuk organisasi dan layanan perpustakaan hibrida. Malibu didirikan oleh tiga lembaga yaitu King’s College London, University of Oxford, dan University of Southamton, yang mengembangkan perpustakaan hibrida dalam kajian humanities. Proyek ini menarik sebab juga melibatkan pemakai untuk membuat skenario sistem yamg memudahkan dalam melayani pemakainya. Malibu memfokuskan pada pengembangan model institutsi untuk suatu organisasi dan manajemen layanan perpustakaan hibrida.

3) HeadLine (Hybrid Electronic Access and Delivery in the Library Networked Environment)

Proyek ini dikerjakan oleh London School of Economics, The London Business School, dan The University of Hertfordshire. Proyek ini bertujuan mrerancang dan mengimplementasikan model perpustakaan hibrida dalam dalam lingkungan akademik yang nyata. Pproyek ini bereksperimen dengan lingkungan jasa informasi personal alias Personal Information Environment dengan mengembangkan portal yang memungkinkan pemakai perpustakaan mengakses informasi elektronik maupun nonelektronik secara terintegrasi.

4) Builder (Birmingham University Integrated Library Development and Electronic Resource)

Dikembangkan di University of Birmingham, bertujuan untuk mempelajari dampak perpustakaan hibrida terhadap pemakai di perguruan tingi, mulai dari mahasiswa serta dosen yang mengajar di sana, serta pengelola perpustakaan sendiri.

5) Agora, membangun sistem manajemen perpustakaan hibrida ( a hybrid library management system /HLMS) merupakan konsorsium yang terdiri atas University of East Anglia, UKOLN, Fretwell-Downing Informatics, dan CERLIM (the Centre for Research in Library and Information Management) dengan konsentarsi pada Hibrid Library Management System. Perhatian utama dalam proyek ini adalah pengembangan sistem informasi berbasis pada konsep search, locate, request, an deliver.

Dari temuan di atas akhirnya para Pustakawan dan para ahli teknologi berkolaborasi mengembangkan suatu konsep perustakaan hibrida yang tetap mempertahankan koleksi tercetak, dan digital secara terintegrasi tanpa harus meniadakan salah satunya.

Bila dibuat tabel akan seperti berikut :

 

Koleksi Layanan SDM Sarana dan Prasarana
Koleksi terdiri dari 2 jenis yaitu koleksi buku dan koleksi elektronik Memadukannya cara lektronik dan non elektronik, contoh katalog sudah menggunakan software (OPAC) dan layanan sirkulasi masih tatap muka Masih menggunakan pustakawan yang dapat mengoprasi komputer dan juga pustakawan yang ahli dalam pelayanan teknis Membutuhkan sarana dan prasarana perpustakaan yang mendukung tujuan perpustakaan hibrida yaitu berbasis cetak dan non cetak

 

Jadi, untuk memfasilitasi 2 jenis pengguna perpustakaan, pustakawan harus dapat berinovasi dengan menggabungkan keduanya dalam satu perpustakaan. Karena tidak sedikit pengguna yang masih meragukan ke otentifikasi an dan informasi sampah yang dapat dengan mudah beredar di dunia digital. Tetapi pustakawan juga perlu untuk mengembangkan koleksi perpustakaan karena pada saat ini terdapat koleksi yang mungkin hanya akan digunakan bila menggunakan teknologi saat ini seperti e-journal, e-book, e-magazine dll. Contoh PerpustakaanUPI Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo Eko, Hybrid library.Surabaya : Kompasiana. 2012 melalui tautan :

http://www.kompasiana.com/prasetyo_pirates/hybrid-library_551859eca333118407b66381 (2 maret 2017 pada 11 : 03)

Iskandar. Perpustakaan Hybrid. Makasar : univesitas hasanudin.2016

Sulistyo-Basuki. (1993). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.